KEDIRI – Anak Gunung Kelud terus tumbuh. Menurut Budi Prianto, petugas Pos Pengamat Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, kemarin (13/2), tinggi kubah lava sudah mencapai 240 meter dengan diameter 400 meter.

Itu berarti pertumbuhannya mencapai 30 meter dalam dua minggu atau sekitar 2,5 meter setiap hari. Sebab, pada akhir Januari lalu, ketinggian anak gunung yang tumbuh dari dasar danau kawah itu masih 210 meter. “Kami belum tahu sampai berapa ketinggian kubah lava ini pada akhirnya. Sebab, setiap hari terus bertambah,” ujarnya saat dihubungi Radar Kediri (Grup Jawa Pos) tadi malam.

Kubah lava itu kali pertama terdeteksi pada 4 November 2007. Awalnya hanya berupa noktah hitam di tengah danau kawah disertai kepulan asap putih yang tebal. Lalu, dari hari ke hari, noktah hitam tersebut semakin besar dan akhirnya membentuk kubah lava.

Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), aktivitas dalam dapur magma yang berada di bawah kawah tak mampu menjebol sumbat lava. Karena itu, Kelud tak jadi meletus dan muncullah anak gunung tersebut.

Budi mengatakan, hingga kemarin status Gunung Kelud masih berada di level waspada. PVMBG belum menurunkannya menjadi aktif normal. Sebab, aktivitas di dapur magma masih terus terjadi. Hal itu tecermin dari terus tumbuhnya kubah lava. Juga mengepulnya asap putih dan meluncurnya material panas dari puncak kubah lava.

Dengan status tersebut, lanjutnya, dalam radius 1,5 kilometer, warga dilarang mendekat. Terowongan yang menjadi akses termudah dan terdekat menuju kawah pun masih ditutup. “Tapi, peringatan ini sering tidak dipatuhi. Masih banyak warga yang mendekat ke kubah lava,” katanya.

Para pengunjung itu biasanya memilih jalan setapak yang memutar mengelilingi tebing. “Kami hanya bisa mengimbau karena Kelud masih berbahaya. Sebab, masih ada kandungan CO2-nya,” lanjut pria berkacamata itu. Efek CO2 mengganggu pernapasan.

Budi menambahkan, dua hari lalu masih terjadi gempa embusan 175 kali dan gempa tektonik dua kali. Lalu, kemarin hingga pukul 06.00 WIB, terekam 48 kali gempa embusan tanpa ada gempa tektonik.

Sementara itu, Bupati Kediri Sutrisno tak khawatir dengan hilangnya danau Kelud berwarna kehijauan yang selama ini menjadi daya tarik utama wisata di sana. Baginya, Kelud tetap elok dan bisa dijual tanpa hal itu. “Apakah tempat wisata itu harus ada airnya?” tanyanya. Salah satu konsep yang bisa dikembangkan di sana adalah wisata petualangan atau wisata pengetahuan tentang kegunungapian. (tyo/hid/roy)

Sumber : Jawa Pos