Oleh YuanBH dan DoddyBP

1. Kapasitas Terpasang tidak memadai untuk kebutuhan yang ada. Karena 10 tahun terakhir PLN tidak dianggap viable untuk mendapatkan pinjaman komersial, akibat tarif listrik di bawah biaya pokok produksi (Cost of Goods Sold), sehingga PLN hanya mengoptimalkan pembangkit listrik dan jaringan transmisi/distribusi yang ada.

2. Pembangkit listrik yang berbasis batu bara tidak mendapatkan pasokan batu bara yang high grade, karena para pengusaha batu bara lebih suka menjual high grage batu bara ke LN dengan harga batu bara yang tinggi, sedangkan yang low grade di supply ke PLN dikarenakan patotan harga batu bara dari PLN rendah. Agak ironis memang, dimana Indonesia terutama kalimantan yang kaya akan batu bara mensupply high grade LN atau ke buyer yang mau beli mahal,sedangkan yang low grade diberikan pada PLN. Mungkin PLN perlu renegotiate harga batu bara, Jika PLN mendapatkan batu bara yang low grade sudah tentu kapasitas terpasang tidak bisa optimal….(sebagai Kebijakan Energi Nasional bak macan kertas).

3. Pertambahan pelanggan baru terus bertambah mengikuti pertumbuhan jumlah hunian/ rumah baru,industri dan naikknya kebutuhan di rumah tangga karena tambahan peralatan elekronik, namun ini tidak sejalan dengan pertambahan pembangkit listrik/ kapasitas.

4. Tingkat kebocoran /pencurian listrik yang tinggi (20-30%). Sebagai contoh banyak lampu-lampu penerangan umum baik dikota-kota, kelurahan, kecamatan menyambung langsung dan tanpa bayar ke PLN. Belum lagi pencurian-pencurian listrik lainnya yang sangat sulit diatasi. Pencurian listrik memang masih menjadi musuh utama dan telah secara intensif dan sistematis diberantas. Namun bak kata pepatah, maling selalu lebih dulu dari polisi. Angka total losses (terdiri dari teknis dan non teknis) realisasi 2007 adalah sebesar 9,06%. Secara teori, losses teknis yang acceptable untuk sistem sebesar PLN pada kisaran 7%, sehingga losses non teknis yang dapat berasal dari pencurian listrik maksimum 2,06%. Dalam masyarakat awam losses ini sering diterjemahkan sebagai kebocoran yang berkonotasi negatif (boros, inefisien, dll), yang tidaklah benar 100 persen. Analogi dengan tekanan air pada pelanggan PAM, meskipun pipa PAM tidak bocor, tetap saja tekanan air di pelanggan yang berlokasi dekat pompa/stasiun PAM, pasti lebih tinggi daripada di lokasi yang lebih jauh. Itulah yang namanya losses teknis. Adapun losses non teknis, disamping akibat pencurian, juga bisa disebabkan oleh kesalahan pencatatan meter (manual), kWh meter yang belum ditera ulang, faktor meter untuk pengukuran tidak langsung, dll. Namun perlu diingat, angka losses suatu perusahaan listrik tidak dapat begitu saja dibandingkan (apple to apple), karena faktor-faktor konfigurasi jaringan, sebaran konsumen, jenis penghantar, tingkat konsumsi, dll juga menjadi faktor dominan.

5. Pembangkit listrik tenaga air yang mulai berkurang kapasitasnya karena terjadi pendangkalan waduk. Pemerintah tidak mampu menjaga kelestarian hutan dan DAS, apalagi PLN?

6. Tingkat tunggakan bayar para pelanggan PLN juga telah menyebabkan gangguan cash flow di PLN.

7. Regulasi Pemerintah dan pertimbangan politik lainnya membuat beberapa pejabat pemerintah mencari aman dan tidak berani bertindak tegas.

8. Pembangkit tenaga nuklir yang belum bisa direalisasikan. Ini persoalan politis dan sosial.

9. Effesiensi di PLN yang belum optimal. Angka total losses (terdiri dari teknis dan non teknis) realisasi 2007 adalah sebesar 9,06%. Secara teori, losses teknis yang acceptable untuk sistem sebesar PLN pada kisaran 7%, sehingga losses non teknis yang dapat berasal dari pencurian listrik maksimum 2,06%. Dalam masyarakat awam losses ini sering diterjemahkan sebagai kebocoran yang berkonotasi negatif (boros, inefisien, dll), yang tidaklah benar 100 persen. Analogi dengan tekanan air pada pelanggan PAM, meskipun pipa PAM tidak bocor, tetap saja tekanan air di pelanggan yang berlokasi dekat pompa/stasiun PAM, pasti lebih tinggi daripada di lokasi yang lebih jauh. Itulah yang namanya losses teknis. Adapun losses non teknis, disamping akibat pencurian, juga bisa disebabkan oleh kesalahan pencatatan meter (manual), kWh meter yang belum ditera ulang, faktor meter untuk pengukuran tidak langsung, dll. Namun perlu diingat, angka losses suatu perusahaan listrik tidak dapat begitu saja dibandingkan (apple to apple), karena faktor-faktor konfigurasi jaringan, sebaran konsumen, jenis penghantar, tingkat konsumsi, dll juga menjadi faktor dominan. [www.agss.tk]