Opini


Sesungguhnya keajaiban manusia di akhir zaman ini sangat banyak dan nyata sekali. Terkadang kita kurang jeli memperhatikannya sehingga terlihat dunia ini berjalan baik-baik saja. Namun, bila kita cermati dengan baik, kita akan menemukan segudang keajaiban dan keanehan dalam kehidupan manusia akhir zaman dan hampir dalam semua lini kehidupan. Keajaiban yang kita maksudkan di sini bukan terkait dengan persitiwa alam seperti gempa bumi, tsunami dan sebagainya, atau kejadian yang aneh-aneh lainnya, melainkan pola fikir manusia yang paradoks yang berkembang biak di akhir zaman ini.

Berikut ini adalah sebagian kecil dari berfikir paradoks yang berkembang akhir-akhir ini dalam masyarakat luas. Lebih ajaib lagi, berfikir paradoks tersebut malah dimiliki pula oleh sebagian umat Islam dan para tokoh mereka. Di antaranya :

Bila seorang pengusaha atau pejabat tinggi melakukan korupsi milyaran dan bahkan triliunan rupiah, maka aparat penegak hukum dengan mudah mengatakan tidak ada bukti untuk menahan dan mengadilinya.

Namun, bila yang mencuri itu seorang nenek atau masyarakat bawah (lemah), dengan mudah dapat ditangkap, disidangkan dan diputuskan hukuman penjara, kendati mereka mengambil hanya satu buah semangka atau tiga buah kakau, mungkin saja karena lapar.

Bila ada orang atau kelompok dengan nyata-nyata merusak dan melecehkan ajaran Islam yang sangat fundamental, seperti Tuhan, Kitab Suci dan Rasulnya, di negeri-negeri Islam, maka orang dengan gampang mengatakan yang demikian itu adalah kebebasan berpendapat, berekspresi dan menafsirkan agama.

Namun, bila ada khatib, ustazd atau masyarakat Muslim mengajak jamaah dan umat Islam untuk konsiten dengan ajaran agamanya, maka orang dengan mudah menuduhnya sebabai khatib, penceramah atau ustazd yang keras dan tidak bisa berdakwah dengan hikmah, bahkan perlu dicurigai sebagai calon teroris.

Apa saja yang dituliskan dalam koran, dengan mudah orang mempercayainya, kendati itu hanya tulisan manusia dan belum teruji kebenarannya. Membaca dan mempelajarinya dianggap lambang kemajuan.

Akan tetapi, apa yang tercantum dalam Al-Qur’an belum tentu dipercayai dan diyakini kebenarannya, kendati mengaku sebagai Muslim. Padahal Al-Qur’an itu Kalamullah (Ucapan Allah) yang mustahil berbohong. Kebenarannya sudah teruji sepnajang masa dari berbagai sisi ilmu pengetahuan. Akhir-akhir ini muncul anggapan mengajarkan Al-Qur’an bisa mengajarkan paham terorisme.

Tidak sedikit manusia, termasuk yang mengaku Muslim yakin dan bangga dengan sistem hidup ciptaan manusia (jahiliyah), kendati sistem yang mereka yakini dan banggakan itu menyebabkan hidup mereka kacau dan mereka selalu menghadapai berbagai kezaliman dan ketidak adilan dari para penguasa negeri mereka. Mereka masih saja mengklaim : inilah jalan hidup yang sesuai dengan akhir zaman.

Namun, bila ada yang mengajak dan menyeru untuk kembali kepada hukum Islam, maka orang akan menuduh ajakan dan seruan itu akan membawa kepada keterbelakangan, kekerasan dan terorisme, padahal mereka tahu bahwa Islam itu diciptakan oleh Tuhan Pencipta mereka (Allah) untuk keselamatan dunia dan akhirat dan Allah itu mustahil keliru dan menzalimi hamba-Nya.

Ketika seorang Yahudi atau agama lain memanjangkan jenggotnya, orang akan mengatakan dia sedang menjalankan ajaran agamanya.

Namun, saat seorang Muslim memelihara jenggotnya, dengan mudah orang menuduhnya fundamentalis atau teroris yang selalu harus dicurigai, khususnya saat masuk ke tempat-tempat umum seperti hotel dan sebagainya.

Ketika seorang Biarawati memakai pakaian yang menutup kepala dan tubuhnya dengan rapih, orang akan mengatakan bahwa sang Biarawati telah menghadiahkan dirinya untuk Tuhan-nya.

Namun, bila wanita Muslimah menutup auratnya dengan jilbab atau hijab, maka orang akan menuduh mereka terbelakang dan tidak sesuai dengan zaman, padahal mereka yang menuduh itu, para penganut paham demokrasi, yang katanya setiap orang bebas menjalankan keyakinan masing-masing.

Bila wanita Barat tinggal di rumah dan tidak bekerja di luar karena menjaga, merawat rumah dan mendidik anaknya, maka orang akan memujinya karena ia rela berkorban dan tidak bekerja di luar rumah demi kepentingan rumah tangga dan keluarganya.

Namun, bila wanita Muslimah tingal di rumah menjaga harta suami, merawat dan mendidik anaknya, maka orang akan menuduhnya terjajah dan harus dimerdekakan dari dominasi kaum pria atau apa yang sering mereka katakan dengan kesetaraan gender.

Setiap mahasiswi Barat bebas ke kampus dengan berbagai atribut hiasan dan pakaian yang disukainya, dengan alasan itu adalah hak asasi mereka dan kemerdekaan mengekpresikan diri.

Namun, bila wanita Muslimah ke kampus atau ke tempat kerja dengan memakai pakaian Islaminya, maka orang akan menuduhnya eksklusif dan berfikiran sempit tidak sesuai dengan peraturan dan paradigma kampus atau tempat kerja mereka.

Bila anak-anak mereka sibuk dengan berbagai macam mainan yang mereka ciptakan, mereka akan mengatakan ini adalah pembinaan bakat, kecerdasan dan kreativitas sang anak.

Namun, bila anak Muslim dibiasakan mengikuti pendidikan praktis agamanya, maka orang akan mengatakan bahwa pola pendidikan seperti itu tidak punya harapan dan masa depan.

Ketika Yahudi atau Nasrani membunuh seseorang, atau melakukan agresi ke negeri Islam khususnya di Paestina, Afghanistan, Irak dan sebagainya, tidak ada yang mengaitkannya dengan agama mereka. Bahkan mereka mengakatakan itu adalah hak mereka dan demi menyelamatkan masyarakat Muslim di sana.

Akan tetapi, bila kaum Muslim melawan agresi Yahudi atas Palestina, atau Amerika Kristen di Irak dan Afghanistan, mereka pasti mengaitkannya dengan Islam dan menuduh kaum Muslim tersebut sebagai pemberontak dan teroris .

Bila seseorang mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan orang lain, maka semua orang akan memujinya dan berhak mendapatkan penghormatan.

Namun, bila orang Palestina melakukan hal yang sama untuk menyelamatkan anaknya, saudaranya atau orang tuanya dari penculikan dan pembantaian tentara Israel, atau menyelamatkan rumahnya dari kehancuran serangan roket-roket Israel, atau memperjuangkan masjid dan kitab sucinya dari penodaan pasukan Yahudi, orang akan menuduhnya TERORIS. Kenapa? Karena dia adalah seorang Muslim.

Bila anak-anak Yahudi diajarkan perang dan senjata otomatis untuk membunuh kaum Muslimin Palestina, maka orang akan menegatakan bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah upaya membela diri kendati mereka adalah agresor.

Namun, bila anak Palestina belajar melemparkan batu menghadapi prajurit Yahudi yang dilengakapi dengan tank dan senjata canggih lainhya saat menghancurkan rumah, masjid dan kampung mereka, maka orang akan menuduh mereka sebagai pelaku kejahatan yang pantas ditangkap, dipatahkan tangannya dan dipenjarakan belasan tahun.

Nah, inilah sekelumit keajaiaban manusia di akhir zaman ini. Bisakah kita mendapatkan pelajaran yang baik sehingga dapat menentukan sikap yang benar, atau kita akan jatuh menjadi korban keajaiban akhir zaman? Allahul musta’an….(fj)

Sumber : Eramuslim

Sepanjang sejarah, Allah telah mengutus para rasul-Nya kepada umat manusia. Para rasul Allah menyeru seluruh umat manusia kepada jalan yang benar dan menyampaikan kepada mereka ajaran-ajarannya. Tetapi pada saat ini, ada suatu keyakinan yang berkembang bahwa apa yang diwahyukan melalui para rasul kepada manusia merupakan agama yang berbeda. Hal ini merupakan pendapat yang keliru. Agama yang diwahyukan Allah kepada manusia di masa yang berbeda adalah sama. Misalnya, Isa as (Yesus) telah menghapus beberapa larangan yang dibawa oleh agama sebelumnya. Walaupun demikian, tidak ada perbedaan yang berarti dalam ajaran agama-agama yang diwahyukan Allah. Apa yang telah diwahyukan kepada para rasul sebelumnya, kepada Musa as, Isa as dan kepada rasul terakhir Muhammad saw pada dasarnya sama:

Katakanlah, ” Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il dan Ishaq dan Ya’qub dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka…” (Surat Ali Imran: 84-85)

Sebagaimana tertulis dalam ayat tersebut, agama yang benar yang diturunkan untuk manusia adalah Islam. Apa yang kita pahami dari Al-Qur’an adalah bahwa seluruh rasul menyeru umatnya kepada jalan yang sama. Allah menggambarkan fakta ini dalam ayat-Nya :

“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat terang bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kapadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali kepada-Nya.” (Surat asy-Syu’araa’: 13)

Allah telah mengutus para rasul-Nya untuk menyampaikan agama ini, satu-satunya agama yang Dia ridhai, kepada seluruh umat manusia dan kemudian memberikan peringatan kepada mereka. Setiap orang, kepada mereka yang Allah utus dan kepada siapa pun yang kemudian diserukan agama ini, mendapatkan beban untuk mengikutinya.

Meskipun demikian, beberapa kelompok masyarakat ada yang menerima ajaran tersebut, namun ada juga yang menolaknya. Sebaliknya, pada beberapa kelompok masyarakat, agama yang benar tersebut diselewengkan menjadi ajaran yang sesat setelah kematian rasul mereka.

Salah satu dari kelompok masyarakat yang tersesat dari agama yang benar adalah Bani Israel. Sebagaimana yang diinformasikan dalam Al-Qur’an, Allah telah mengutus banyak rasul kepada Bani Israel; mereka telah menyampaikan agama yang benar. Akan tetapi, setiap masa mereka menentang seorang rasul atau setelah kematian rasul tersebut, mereka mentransformasikan agama yang benar tersebut menjadi suatu ajaran yang sesat. Selain itu, dari Al-Qur’an, kita mengetahui bahwa bahkan saat Musa as masih hidup pun, Bani Israel menyembah sapi betina yang terbuat dari emas selama masa ketidakhadirannya yang sebentar saja (lihat surat Thaahaa: 83-94). Setelah Nabi Musa as tiada, Allah mengutus beberapa nabi lainnya kepada Bani Israel untuk memberikan peringatan kepada mereka dan yang terakhir dari para nabi yang diutus itu adalah Isa as (Yesus)

Seumur hidupnya, Yesus menyeru umatnya untuk hidup dengan agama yang diturunkan Allah dan mengingatkan mereka untuk menjadi hamba Allah yang benar. Dia memerintahkan mereka dengan ajaran yang ada di dalam Injil – wahyu yang diturunkan kepadanya yang sebagian dari ajaran tersebut masih ada dalam kitab Injil dewasa ini. Kitab tersebut membenarkan ajaran-ajaran Taurat – wahyu yang diturunkan kepada Musa as yang sebagian ajarannya masih ada dalam Taurat atau Perjanjian Lama yang kemudian diselewengkan. Mengkritisi ajaran-ajaran yang tidak benar dari para rabi yang bertanggung jawab atas kemrosotan agama yang benar, Yesus telah menghapus aturan-aturan yang dibuat oleh para rabi itu, yang melaluinya, mereka mendapatkan keuntungan secara personal. Dia menyeru kepada Bani Israel untuk mengesakan Allah, kebenaran yang hakiki, dan berakhlak luhur, sebagaimana firman Allah:

Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
(Surat Ali Imran: 50)

Setelah Yesus, Allah mengutus seorang rasul lain yang berasal dari suatu suku yang berbeda agar melalui rasul-Nya ini, Allah dapat menurunkan wahyu berupa agama yang asli ke dunia dan Dia membekalinya dengan sebuah kitab suci. Rasul itu adalah Nabi Muhammad saw dan kitab tersebut adalah Al-Qur’an, satu-satunya wahyu yang tidak diubah.

Al-Qur’an diperuntukkan bagi seluruh umat manusia di dunia. Seluruh umat manusia di semua masa akan mendapatkan kewajiban beriman terhadap kitab ini karena mereka diperintahkan untuk mengikuti ajaran Islam. Mereka akan diadili berdasarkan Al-Qur’an pada hari perhitungan. Pada masa kita khususnya, seluruh bangsa di dunia secara esensi disatukan dan hampir menjadi seperti suatu suku yang satu; terima kasih kepada penerobosan di bidang teknologi.

Seorang akademisi menunjukkan bahwa dunia dewasa ini sebagai global village. Karena itu, hanya ada sebagian kecil manusia di dunia ini yang tidak menyadari keberadaan Al-Qur’an dan yang oleh karenanya pula belum mendapatkan informasi tentang Islam. Walaupun demikian, ada suatu bagian tertentu dari umat manusia yang mempunyai keyakinan pada Al-Qur’an. Di antara mereka ada yang telah beriman, namun kebanyakan dari mereka tidak hidup berdasarkan ajaran-ajaran yang disebutkan dalam Al Qur’an.

(facebook Note : Selly Sety, Dari berbagai sumber)

Sumber : Voa-Islam

Oleh Ihsan Tandjung

Benarlah Ahmad Thomson ketika di dalam bukunya yang berjudul Dajjal – The AntiChrist mengatakan bahwa dunia yang sedang kita jalani dewasa ini –terutama sejak hampir satu abad yang lalu- telah menjadi sebuah Sistem Dajjal. Peradaban dunia semenjak raibnya sistem Islam yang bernama Khilafah Islamiyyah telah perlahan namun pasti mengarah dan membentuk diri menjadi sebuah peradaban yang sarat dengan Dajjalic Values. Kian hari kian nyata bahwa nilai-nilai Ilahi yang suci dan mulia secara sistematis mengalami marginalisasi alias penghapusan.

Sedemikian hegemoniknya sistem Dajjal sehingga menurut Ahmad Thomson bilamana dalam waktu dekat si oknum Dajjal muncul ke tengah umat manusia, maka ia akan segera dinobatkan menjadi pemimpin sistem tersebut. Sebab sistem yang dibangun dengan sebutan Novus Ordo Seclorum (the New World Order) ini sangat compatible dengan karakteristik oknum Dajjal. Berbagai lini kehidupan telah dirancang dan dibentuk agar cocok dengan the arrival of the AntiChrist (kedatangan Dajjal). Segenap lini kehidupan manusia yang mencakup ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, militer, pertahanan-keamanan, pendidikan dan hukum dijauhkan dari dienullah alias nilai-nilai Islam. Bahkan aspek entertainment-pun diarahkan untuk menyambut kedatangan Dajjal.

Oleh karenanya saudaraku, waspadailah berbagai filem yang dewasa ini menjadi primadona bentuk hiburan di abad modern. Salah satunya ialah filem box office yang dewasa ini sedang menyedot perhatian sebagian besar penduduk planet bumi, yaitu filem berjudul 2012. Apa sesungguhnya masalah filem ini?

Pertama, filem ini ingin mengkondisikan umat manusia untuk meyakini bahwa the end of time atau apocolypse ataushollallahu ’alaih wa sallam juga tidak tahu kapan persisnya hari Kiamat. –katakanlah- hari Kiamat bakal terjadi pada tanggal tertentu yang sudah bisa diprediksi, yaitu tanggal 21 desember tahun 2012. Ini merupakan suatu ramalan yang sangat berbahaya dari sudut pandang aqidah Islam. Mengapa? Karena Islam mengajarkan setiap kita untuk menyadari bahwa hanya Allah saja yang tahu kapan persisnya hari Kiamat bakal terjadi. Bahkan Nabi Muhammad

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي

لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا

قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

”Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS Al-A’raaf ayat 187)

Satu-satunya isyarat soal jadwal hari Kiamat dari Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam hanyalah bahwa ia bakal terjadi pada hari Jumat. Namun jumat tanggal, bulan dan tahun berapa?  Wallahu a’lam. Hanya Allah Yang Maha Tahu. Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:

وَلَا تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ

“Dan tidak akan terjadi hari Kiamat kecuali pada hari Jum’at.” (HR Muslim)

Maka barangsiapa yang sesudah maupun sebelum menonton filem ini meyakini bahwa hari Kiamat  pasti bakal terjadi pada tanggal 21 desember tahun 2012, berarti ia telah mempertaruhkan eksistensi aqidahnya. Sebab seorang muslim senantiasa meyakini bahwa hanya Allah Yang Maha Tahu perkara nyata maupun ghaib. Jika ada fihak selain Allah yang layak memberi tahu kita soal perkara ghaib seperti jadwal Kiamat, maka itu sepatutnya adalah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam utusan Allah yang seringkali memang diberitahu Allah rahasia-rahasia perkara ghaib. Namun dalam hal ini kita tidak mendapati satu haditspun yang menjelaskan tanggal, bulan dan tahun kejadian hari Kiamat. Sikap mempercayai adanya fihak selain Allah yang mengetahui perkara ghaib bisa mengantarkan seseorang terjatuh kepada dosa syirik…! Sebab ia rela mengalihkan kepercayaannya dalam perkara ghaib kepada fihak selain Allah.

Kedua, filem 2012 ini ternyata berakhir dengan masih adanya segelintir manusia yang dapat survive atau bertahan hidup sesudah dahsyatnya peristiwa hari Kiamat. Padahal dalam keimanan Islam, kita diajarkan bahwa pada saat Malaikat Israfil meniup sangkakala pertama kali sebagai tanda Kiamat berlangsung, maka segenap makhluk bernyawa akan dimatikan Allah. Bukti bahwa semua dimatikan ialah bahwa kemudian Malaikat Israfil akan meniup sangkakala kedua kalinya sebagai pertanda berlangsungnya hari Berbangkit, yaitu hari dimana kembalilah roh-roh ke jasadnya masing-masing untuk hidup kembali.

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ

إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ

”Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (QS Az-Zumar ayat 68)

Artinya, kita dapat menyimpulkan bahwa ide di balik filem ini sungguh mengerikan, karena ia ingin mengajak penonton mengingkari adanya Kiamat dalam pengertian aqidah Islam. Islam mengajarkan bahwa hari Kiamat merupakan the day of total destruction of the whole universe by Allah the Al-Mighty Creator (hari penghancuran total alam semesta atas kehendak Pencipta Yang Maha Kuasa, Allah Subhanahu wa ta’ala). Hari Kiamat merupakan berakhirnya kehidupan fana dunia untuk selanjutnya akan hadir kehidupan abadi akhirat yang sangat berbeda dengan dunia fana ini.

Sedangkan Kiamat menurut produser filem peradaban Sistem Dajjal hanyalah sebuah proses evolusi perjalanan kehidupan manusia di dunia. Sehingga setelah berlangsungnya apocolypse masih ada segelintir manusia yang sanggup terus hidup melewati dahsyatnya hari kehancuran tersebut. Lalu tentunya akan ada sejenis kehidupan dan peradaban baru yang muncul di muka bumi. Selanjutnya, siapakah yang bakal memimpin dan berkuasa di dunia sesudah 2012?

Ketiga, jika kita buka situs www.whowillsurvive2012.com yang merupakan 2012 – Official Movie Site, maka bila Anda klik kotak berjudul ”The Experience”, maka Anda akan temukan salah satu kotak pilihan lagi dengan judul Vote For The Leader of the Post 2012 World (Pilihlah Pemimpin Dunia Paska 2012). Apakah gerangan maksudnya?

Saudaraku, sungguh saya khawatir bahwa gagasan mendasar di balik filem ini ialah keinginan produsernya untuk secara implisit mempromosikan kehadiran Sang Penyelamat Dunia Palsu yaitu Dajjal. Lalu Dajjal akan digambarkan sebagai Pemimpin dan Pelindung para survivors (orang-orang yang berhasil selamat melewati bencana 2012). Sungguh, mereka benar-benar berharap bahwa umat manusia akan memandang Dajjal sebagai figur pemilik surga dan neraka, alias dialah Tuhan. Barangsiapa mematuhinya dan merasa butuh kepadanya bakal diberikan surga kepadanya. Dan barangsiapa yang mengingkarinya dan merasa tidak butuh kepadanya bakal dimasukkan ke dalam neraka Dajjal. Sehingga Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:

وَإِنَّ مِنْ فِتْنَتِهِ أَنَّ مَعَهُ جَنَّةً وَنَارًا فَنَارُهُ جَنَّةٌ وَجَنَّتُهُ نَارٌ

“Dan sesungguhnya di antara fitnahnya Dajjal memiliki surga dan neraka. Maka nerakanya adalah surga (Allah) dan surganya adalah neraka (Allah).” (HR Ibnu Majah)

Maka sudah tiba masanya bagi setiap muslim untuk mempersiapkan diri dan keluarganya dari fitnah yang paling dahsyat sepanjang zaman, yaitu fitnah Dajjal. Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengajarkan beberapa kiat untuk menyelamatkan diri dari fitnah Dajjal, di antaranya:

Pertama, bacalah doa permohonan perlindungan Allah pada saat duduk sholat tahiyyat terakhir dalam sebelum salam kanan dan kiri:

اللهم إني أعوذبك بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari azab jahannam,  dari azab kubur,  dari fitnah kehidupan dan kematian serta dari jahatnya fitnah Al-Masih Ad-Dajjal” (HR Muslim)

Kedua, bacalah surat Al-Kahfi di malam Jumat atau hari Jumat sesuai hadits berikut:

من قرأ سورة الكهف يوم الجمعة فأدرك

الدجال لم يسلط عليه ، – أو قال : لم يضره

“Barangsiapa membaca surah Al-Kahfi di hari Jumat, maka Dajjal tidak bisa menguasainya atau memudharatkannya.” (HR Baihaqi)

Ketiga, hafalkan sepuluh ayat pertama surat Al-Kahfi sesuai hadits berikut:

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ

“Barangsiapa menghafal sepuluh ayat pertama surah Al-Kahfi, ia terlindungi dari fitnah Dajjal.” (HR Abu Dawud)

Keempat, menjauh dan tidak berkeinginan mendekati Dajjal pada masa kemunculannya telah tiba sesuai hadits berikut:

مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ فَوَاللَّهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَأْتِيهِ

وَهُوَ يَحْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَيَتَّبِعُهُ مِمَّا يَبْعَثُ بِهِ

مِنْ الشُّبُهَاتِ أَوْ لِمَا يَبْعَثُ بِهِ مِنْ الشُّبُهَاتِ هَكَذَا قَال

“Barangsiapa mendengar tentang Dajjal, hendaknya ia berupaya menjauh darinya, sebab -demi Allah- sesungguhnya ada seseorang yang mendekatinya (Dajjal) sedang ia mengira bahwa Dajjal tersebut mukmin kemudian ia mengikutinya karena faktor syubhat (tipu daya) yang ditimbulkannya.”  (HR Abu Dawud)

Kelima, menetap di Mekkah atau Madinah pada masa Dajjal telah keluar dan berkeliaran dengan segenap fitnah yang ditimbulkannya. Sebagaimana hadits berikut:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ مِنْ بَلَدٍ إِلَّا سَيَطَؤُهُ الدَّجَّالُ إِلَّا مَكَّةَ وَالْمَدِينَةَ وَلَيْسَ نَقْبٌ مِنْ أَنْقَابِهَا إِلَّا عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ صَافِّينَ تَحْرُسُهَا

“Tidak ada negeri (di dunia) melainkan akan dipijak (dilanda/diintervensi) oleh Dajjal kecuali Mekah dan Madinah kerana setiap jalan dan lereng bukit dijagai oleh barisan Malaikat.” (HR Bukhari-Muslim)

Sumber : Eramuslim

Oleh Neilhoja

Sebagaimana yang pernah aku tuliskan di sini, bahwa kemarin baru saja menemukan sebuah hadist yang sangat masyhur di internet, tapi ternyata palsu. Hadist itu berkisah tentang percakapan antara Rasulullah dan Sahabat beliau, dengan seorang iblis yang menyamar. Iblis itu sendiri, datang dengan terpaksa karena diancam oleh malaikat. Ia dipaksa oleh sang malaikat untuk membuat sebuah pengakuan di hadapan Rasulullah dan menjawab semua pertanyaan beliau. Buat sobat yang belum tahu matan (teks) hadis tersebut, bisa dibaca di postingan sebelumnya, Hadis Pengakuan Iblis kepada Rasulullah.

Persoalan ini ternyata juga pernah ditanyakan di dunia Arab sana, dan ternyata jawabannya adalah memang benar hadis tersebut palsu. Salah satu yang menjawab, dan paling lengkap adalah Syaikh Abdurrahman as-Sahim di forum almeshkat.net

Selain menegaskan kepalsuan hadis tersebut, beliau juga memberikan analisa dan alasan-alasannya.

“Dan dari sebagian tanda-tanda kepalsuannya adalah penyebutan kata (Bersumpah dengan cerai), sebuah istilah yang tidak pernah terdengar di masa Rasul dan Sahabat.

Dan juga pernyataan iblis tentang apa yang menjadi pelindungnya (di bawah kuku manusia), yang bertentangan dengan hadis riwayat Syaikhani (Bukhari dan Muslim) di hadis Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. “Jika salah seorang dari kalian bangun tidur maka hendaklah ia beristintsar (memasukkan air ke dalam hidungnya seperti gerakan dalam wudhu) sebanyak tiga kali. Karena sesungguhnya syaithan bermalam di lubang hidungnya.”

Dan juga dalam hadis tersebut, pernyataan iblis “Aku punya anak bernama Kahil yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.”

Bagaimana mungkin tidak dituliskan baginya pahala, sedangkan ia telah mendatangi majlis ilmu atau khutbah?

Jumhur ulama bahkan berpendapat, bahwa orang yang ketiduran ketika mendengarkan khutbah Jumat, tetap sah sholat Jum’atnya dan tidak berdosa.

Dan lagi, yang paling besar kebohongan dalam hadis palsu ini adalah, ceritanya tentang tawaran Rasul kepada Iblis untuk bertobat. Padahal sudah jelas, bahwa Iblis akan kekal di neraka, dan akan memberi pengakuan kepada para pengikutnya, dia adalah yang terlaknat, dan adalah yang dijanjikan neraka, bagaimana mungkin Rasulullah menawarkan jalan taubat kepadanya?

Kisah ditemukannya hadis palsu ini, semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita. Agar tidak terburu-buru menyebarkan sesuatu berita atau kabar yang belum tentu kebenarannya. Allah sendiri telah memerintahkan kita untuk tabayyun (klarifikasi) akan segala hal, baik itu berita, ilmu apalagi hadist yang disampaikan kepada kita (al-Hujurat).

Lebih lanjut Syaikh Abdurrahman menerangkan,

Sungguh sangatlah berbahaya, menyebarkan hadis palsu buatan, karena barangsiapa yang menyebarkan hadis palsu, maka dia terkena dosa kebohongan pula, dan dia juga ikut berbohong sebagaimana orang yang membuat hadis itu dan berbohong atasnya.

Dan sungguh telah datang peringatan yang keras tentang hadis palsu, dalam hadis yang mutawatir (hadis sahih tingkat teratas) dari Rasulullah saw, “Berbohong (membuat hadis palsu) atasku tidak seperti berbohong atas nama seseorang. Barangsiapa berbohong atasku dengan sengaja, maka seperti telah menyiapkan tempat di neraka.”

Dapat kita bayangkan, berbohong atas nama presiden saja, bisa membuat kita dipenjara. Apalagi berbohong atas nama Rasulullah, sang penerima wahyu dari Allah? Naudzubillah.

Syaikh Hamid Ali menambahkan, hatta.. walaupun di dalam matan (teks) hadis tersebut, baik dalam makna maupun kalimat – sebagian darinya – juga disebutkan dalam sumber agama yang lain (al-Quran, Sunnah, Ijma) tetap tidak diperkenankan penyandaran kalimat atau berita (hadist) dari Rasulullah kecuali yang sudah benar-benar terbukti keabsahannya. Karena sesungguhnya, hadist dari Rasulullah adalah berita wahyu, dan wahyu itu bersumber dari Allah. Maka siapakah yang lebih dzalim dan besar dosanya ketimbang orang yang berbohong atas nama Allah?

Markaz Fatwa dari Islamweb.net pun urun pendapat, dikepalai oleh Dr. Abdullah Faqih, pusat Fatwa menegaskan bahwa hadis tersebut adalah hadis palsu yang sangat jelas. Terkait soal hukum penyebarannya, tidak dibolehkan kecuali untuk sekedar pengingat saja – dan juga harus disebutkan keterangan tentang palsunya hadis tersebut, pen.

Hukum Terlanjur Menyebarkan Hadis Palsu

Sebagaimana yang sudah disebutkan oleh para masyayikh di atas, bahwa penyebaran hadis palsu adalah tidak dibenarkan, bahkan termasuk salah satu dosa besar, dan itu jelas.

Lantas, bagaimana dengan orang-orang yang tidak tahu status hadis tersebut, tetapi terlanjur menyebarkannya?

Menurut kacamata penulis, unsur ketidaksengajaan dalam Islam, sangat diperhatikan. Artinya, hukumnya sangat jauh berbeda dengan tindakan sengaja. Contoh kecilnya adalah dalam puasa wajib, bila tidak sengaja atau lupa dan makan, maka puasanya tetap sah, bahkan walaupun makannya itu sudah satu panci. Akan tetapi, ada juga perbuatan tidak sengaja yang tetap mendapatkan hukuman, contohnya tidak sengaja membunuh, tetap mendapatkan hudud (hukuman), meskipun jauh lebih ringan.

Dari dua contoh di atas, penulis berkesimpulan, bahwa bila suatu hukum ketidaksengajaan itu terkait dengan urusan manusia, maka hukuman tetap dilaksanakan. Namun bila, persoalan itu kaitannya khalis (murni) terkait dengan Allah (ibadah, dll), Sang Maha Pemurah lebih suka memaafkannya. CMIIW, mohon diklarifikasi.

Dalam kasus ini, penulis tidak ingin memutuskan dosa atau tidak, karena itu adalah hak prerogatif Allah. Hanya saja, saran penulis, agar yang terlanjur menyebarkan segera beristighfar, memohon ampun sama gusti Allah. Terkait postingannya, boleh dihapus atau dijelaskan bahwa hadis yang ia sebarkan tersebut adalah palsu. Lebih baik bila dipostingkan juga penjelasan lebih lanjutnya. Silahkan bila ingin memposting ulang tulisan ini, akan tetapi mohon sumbernya juga dicantumkan.

Wallahu a’lamu bishshowab.

source: khayma.com

(Neilhoja.blogspot.com)

Oleh Budi Winoto
(istimewa)

Ketakutan kiamat telah merasuki diskusi di internet. Ilmuwan NASA pun mengutuk film hari kiamat 2012 dan meluncurkan situs untuk mengatasi rasa takut masyarakat.

Film yang kini diputar di berbagai bioskop dunia itu menayangkan ramalan Maya kuno bahwa bencana akan terjadi pada titik balik matahari musim dingin di 2012. Sudah banyak buku dan acara TV yang membahas teori itu tetapi film “2012” memiliki dampak yang lebih besar, dan menciptakan rasa takut secara luas bahwa ramalan itu mungkin benar.

Dr David Morrison, ilmuwan senior di Institut Astrobiology NASA sangat khawatir dan memutuskan untuk tidak tinggal diam. “Dua tahun lalu, saya mendapat pertanyaan setiap minggu tentang itu,” kata Morrison.

“Sekarang sehari aku mendapatkan selusin pertanyaan. Dua remaja mengatakan mereka tidak ingin melihat akhir dunia, sehingga mereka berpikir untuk mengakhiri hidup mereka,” tambahnya.

Morrison menyebut ketakutan itu disebabkan kenyataan beberapa keyakinan bergabung menjadi satu megamitos. Salah satu rumor di internet yang tidak hilang menyangkut planet disebut Nibiru, atau Planet X yang akan menabrak bumi.

Kemudian ada fakta bahwa kalender Maya berakhir pada 2012, yang menunjukkan bahwa bangsa Maya tahu sesuatu yang tidak diketahui. Akhirnya, beberapa orang yang yakin akan terjadi kiamat mendapat publisitas tinggi dan mendorong klaim akhir dunia sudah dekat.

Morrison mengatakan, Nibiru yang merupakan astrologi zaman Babilonia kadang-kadang dikaitkan dengan dewa Marduk. Namun klaim Nibiru adalah sebuah planet dan dikenal ke Sumeria hanya imajinasi.

Ia mengatakan IRA, Satelit Astronomi Inframerah NASA yang melakukan survei langit selama 10 bulan di 1983, menemukan banyak sumber inframerah, namun tidak satupun dari mereka adalah Nibiru atau Planet X atau obyek lain di luar tata surya.

“Jika tanda-tanda obyek baru di luar angkasa ternyata tidak nyata, atau bukan sebuah planet, maka tidak akan terdengar lagi. Tapi jika nyata, maka tidak akan disebut sebagai Planet X,” katanya.

Morrison mengatakan sebagian besar dari foto dan video di internet yang mengaku dari Nibiru adalah beberapa fitur di dekat Matahari, dan tampak mendukung klaim bahwa Nibiru telah bersembunyi di balik matahari selama beberapa tahun terakhir.

“Padahal itu sebenarnya gambar palsu dari Matahari yang disebabkan oleh refleksi internal di dalam lensa, sering disebut lensa suar,” katanya.

Dia mengatakan orang-orang bisa mengenali dengan mudah dari fakta bahwa mereka muncul diametris berlawanan dengan gambar matahari nyata, seakan-akan tercermin di tengah gambar.

Hal ini terutama jelas di video. Saat kamera bergerak, gambar palsu menari-nari tepat di seberang bayangan nyata. Hal itu serupa dengan cahaya suar yang banyak menjadi foto UFO yang diambil pada malam hari dengan sumber cahaya yang kuat.

Morrison juga menolak klaim pemerintah tahu tentang Nibiru, tetapi merahasiakannya untuk menghindari panik. Dia mengatakan, ada banyak tujuan dari pemerintah, tetapi tidak termasuk menjaga populasi agar tenang.

Ia mengatakan para ilmuwan sosial telah menunjukkan banyak konsep kepanikan publik dalam produk Hollywood. Di dunia nyata orang-orang memiliki catatan baik dalam saling membantu satu sama lain jika dalam bahaya.

“Saya pikir semua orang mengakui bahwa menjaga rahasia kabar buruk biasanya menjadi bumerang, dan membuat masalah makin buruk ketika fakta-fakta akhirnya keluar. Dalam kasus Nibiru, fakta-fakta ini akan segera keluar,” ia menambahkan.

Dia mengatakan pemerintah tidak bisa menjaga rahasia Nibiru. Kalau obyek itu ada maka akan mudah dilacak ribuan astronom, amatir maupun profesional. Padahal astronom ini tersebar di seluruh dunia.

Lalu mengapa kalender Maya mengatakan dunia akan berakhir pada 2012? Morrison mengatakan kalender itu hanya untuk melacak berlalunya waktu, tidak memprediksi masa depan.

Dia mengatakan kalender kuno itu menarik bagi sejarawan, tetapi tidak cocok dengan kemampuan orang-orang pada hari ini untuk melacak waktu, atau sepresisi dengan kalender yang digunakan sekarang.

“Titik utamanya adalah bahwa kalender, baik kontemporer atau kuno, tidak dapat meramalkan masa depan planet kita atau memberi peringatan tentang hal-hal yang terjadi pada tanggal tertentu seperti di 2012,” kata Morrison.

“Aku perhatikan kalender mejaku berakhir pada 31 Desember 2009, tapi aku tidak menafsirkannya sebagai kiamat. Itu hanya menunjukkan permulaan tahun baru,” katanya.

Morrison juga menyebut tidak ada tabrakan meteor pada 2012. Dia mengatakan bumi selalu menjadi korban komet dan asteroid, dan tabrakan besar sangat jarang terjadi. Dampak besar yang terakhir adalah 65 juta tahun yang lalu dan menyebabkan kepunahan dinosaurus.

Astronom NASA juga melakukan survei Spaceguard Survey untuk menemukan asteroid besar dekat bumi jauh sebelum terjadi tabrakan. “Kita telah menentukan bahwa tidak ada ancaman asteroid yang besarnya sama dengan yang membunuh dinosaurus,” tambah Morrison. [mdr]

Sumber : Inilah.com


سبحان الذي أسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام إلى المسجد الأقصى الذي باركنا حوله لنريه من آياتنا إنه هو السميع البصير

Terjemah :

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaqha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Qs. Al Israa’ : 1)

Masjid Al Aqsha

Makna Yerusalem Bagi Seorang Muslim

Oleh Ibnu Kahfi, Alumni S2 Universitas Oldenburg (Jerman)

Ketika tulisan ini dibuat, sekelompok muslim sedang berdiam diri di dalam Masjidil Aqsha. Yang dilakukan oleh sekelompok muslim ini hanya berdiam diri di dalamnya, layaknya i’tikaf. Tetapi i’tikaf ini bukan dalam rangka hari-hari terakhir Ramadhan, karena momentum maha penting yang diharapkan merubah keadaan Umat Islam itu sudah berlalu, dan sedang bergerak ke momentum maha penting lainnya, yaitu Haji.

Bila seorang muslim melakukan i’tikaf di Bulan Ramadhan karena ingin bersungguh-sungguh sebelum Bulan ALLAH itu berpisah dengan dirinya, maka sekelompok muslim yang saat ini berdiam diri di dalam Masjidil Aqsha sedang bersungguh-sungguh pula menjadi tameng bahkan kalau perlu sebagai martir sebelum mereka benar-benar berpisah dengan Masjid Suci ini.

Masjid Suci hanya berada di tanah suci. Bila Masjidil Haram berada di tanah Makkah, dan Masjid Nabawi berada di tanah Madinah, maka bagaimana mungkin Masjidil Aqsha dipisahkan dari tanah Yerusalem, Al Quds. Tetapi lihatlah kondisi sekarang. Lihatlah bagaimana Umat Islam memperlakukan ketiga masjid ini.

Sebentar lagi kita akan melihat berbondong-bondong Umat Islam bergerak ke Madinah dan Makkah. Mereka akan bersungguh-sungguh mencari keutamaan di kedua tanah ini, shalat di Masjid Nabawi dan Haji di Baitullah. InsyaALLAH tidak ada yang menghambat gerak mereka. Tidak ada yang menghadang kedatangan mereka. Pintu masuk Masjidil Haram dan Masjid Nabawi itu terbuka untuk setiap manusia yang sudah tidak membawa identitas lain selain kalimat tauhid sebagai identitas tunggal mereka.

Tetapi ada yang berbeda dengan Masjid Terjauh itu. Umat Islam dihadang bila ingin memasukinya. Setiap gerak umat yang mengarah ke Masjid Suci ini dihambat dengan barikade rapat penuh ancaman. Sejak radius 200 km dari Masjid Suci ini barikade sudah disiapkan untuk menghalangi setiap muslim yang bergerak bahkan dengan berjalan kaki, hanya untuk berziarah ke masjid ini, ingin melihat bagaimana kabar Al Aqsha saat ini. Yang diperbolehkan memasuki masjid ini hanya mereka yang berusia 50 tahun ke atas, itupun hanya mereka yang sudah ‘terlanjur’ bermukim di Yerusalem. Di sekitar masjid tanah sudah dikeruk untuk mempersiapkan bangunan baru. Di bawah masjid penggalian sudah tak terhitung jari hingga menimbulkan keretakan yang tak terhitung pula. Mereka yang pernah mempelajari fisika tidak akan ragu, bahwa hanya dengan sedikit ’sentuhan’ lagi, maka bangunan yang tegak di atas galian itu akan berubah menjadi puing-puing. Ini hanya persoalan menunggu waktu yang tepat agar kejadian itu kelak menjadi sebuah ‘pertunjukan’.

Bila Umat Islam adalah umat yang tidak membedakan para nabi, maka bagaimana mungkin mereka melupakan bahwa hampir semua nabi yang diceritakan Al Quran pernah bermukim di Yerusalem. Mengetahui bahwa Masjid Suci ini adalah kiblat pertama Umat Islam ternyata belum cukup menyadarkan umat bahwa hendaknya mereka meletakkan pembebasan Al Aqsha pada baris pertama agenda perjuangan mereka. Ternyata pesan Rasulullah SAW bahwa lakukanlah perjalanan pada Tiga Masjid Suci belum cukup menjadi motivasi bagi umat agar suatu saat kaki ini harus menginjak ketiga tanah suci itu dan kening ini harus sujud di ketiga tanah suci itu.

Sungguh aneh bila 15 juta bangsa Yahudi merasa lebih memiliki Yerusalem ketimbang 1,5 milyar Umat Islam yang kebanyakan saat ini hanya menonton saudara-saudara mereka yang berjumlah 7 juta sudah terusir dan harus mengungsi meninggalkan rumah mereka, karena sejak 60 tahun lalu hingga sekarang, separuh populasi Yahudi dunia itu sudah bermigrasi dan merampas tanah itu dari pemiliknya.

Adakah ini konflik tanah belaka ? Adakah ini persengketaan tanah belaka ? Adakah ini persoalan penjajahan semata ? Sadarlah wahai muslim ! Bangunlah wahai muslim yang memiliki akal ! Mereka yang merampas Al Aqsha tidak pernah menyebutnya sebagai Masjid Suci. Mereka memanggilnya dengan The Third Temple. Mereka ingin membangun kembali kuil mereka setelah dua kali dihancurkan oleh Babilonia dan Romawi. Mereka sedang menanti Mesiah mereka, Raja mereka yang menurut mereka adalah Raja yang dijanjikan. Dan bagi kita yang muslim, Raja mereka itu adalah Dajjal, makhluk yang ALLAH ciptakan agar kelak ketika ia sudah dalam dimensi waktu yang sama dengan kita, maka dia inilah yang akan menipu manusia dengan mempersonifikasikan dirinya sebagai Isa as, Al Masih sebenarnya.

Sadarlah wahai muslim ! Bangunlah wahai muslim yang memiliki akal ! Mereka yang merampas Yerusalem itu menyebut kaum muslimin dengan Gog and Magog (Ya’juj dan Ma’juj). Mereka mendefinisikan kaum muslimin sebagai kaum perusak yang akan menyulitkan mereka di akhir zaman. Sungguh sudah banyak studi bahwa justru Ya’juj dan Ma’juj itu adalah orang-orang Zionis yang kita kenal saat ini. Bangsa Yahudi saat ini kebanyakan bukanlah bangsa Bani Israil keturunan Nabi Ya’qub itu. Kebanyakan mereka yang saat ini mengaku Yahudi dan Zionis adalah keturunan Bangsa Khazar dari pegunungan Kaukasus yang dengan misterius kemudian memeluk Yahudi. Ciri khas pada wajah mereka adalah ciri khas bangsa Khazar. Mereka inilah sang perusak. Mereka adalah kaum yang sama tatkala memulai Perang Salib. Mereka adalah kaum yang sama tatkala mencuri Yerusalem dari Khilafah Utsmani. Mereka adalah kaum yang sama yang memantik Perang Dunia.

Mereka adalah kaum yang sama ketika Peristiwa Nakba terjadi. Mereka adalah kaum yang sama yang saat ini menggenggam dunia dalam rangka mempersiapkan kembali masa keemasan. Menguasai dunia dari Yerusalem seperti dahulu Nabi Sulaiman dengan kerajaannya. Simaklah studi Syeikh Imran Hosein mengenai masalah ini. Perhatikanlah peringatan Syeikh Safar Al Hawali yang karena mengungkap belitan zionis di Semenanjung Arabia, maka ia dicopot dari jabatan Pimpinan Fakultas Akidah Universitas Ummul Qura di Makkah.

Lalu masihkah engkau berpikir ini persoalan sebagaimana yang berusaha mereka tampilkan di media-media yang sudah mereka kuasai ? Masihkah ini persoalan sebagaimana ia terlihat ? Ini adalah persoalan akidah ! Ini adalah persoalan kaum yang melempar Taurat dan menggenggam Talmud meyakini apa yang ada di genggaman mereka dan sedang bergerak menggapai tujuan mereka. Lalu bagaimana mungkin seorang muslim tidak pula menjadikan persoalan ini sebagai bentuk keyakinan mereka pada Al Quran dan Al Hadits lalu bergerak pula untuk memenangkan Kalimat ALLAH ini. Bila kita mengaku sebagai pengikut Rasulullah SAW, maka terimalah hadits – hadits darinya, termasuk hadits mengenai keadaan akhir zaman, keadaan Kaum Muslimin dan Yahudi, dan keadaan Bumi Palestina yang saat ini dikenal.

Sudah cukup Umat Islam terbawa aturan main musuhnya sendiri. Sudah cukup Umat Islam berjalan di muka bumi tanpa agenda yang jelas, sibuk mengikuti agenda musuh mereka. Dajjal itu sudah memasuki hampir setiap pelosok dunia ini. Jangan cari wujudnya, lihat bekasnya. Sistem Dajjal sudah mencengkeram dunia, bahkan diadopsi oleh sebagian besar kaum muslimin sendiri. Belum cukupkah ini menunjukkan betapa Saat itu telah dekat ?

Sungguh Ya Muslim, kita adalah count down generation. Akhir Sejarah itu sudah dalam hitungan mundur. InsyaALLAH kita adalah saksi dari episode Akhir Zaman itu. Danau Tiberias itu sudah mencapai level terendah sepanjang sejarah. Tahukah engkau apa episode yang menunggu bila danau itu mengering ? Kapan engkau akan bangun Ya Muslim, Ya Ummatul Wahidah !

Oh Al Aqsha, betapa mulianya dirimu. Bouraq ditambatkan di tembokmu. Rasulmu naik hingga langit ketujuh dari batu yang ada di halamanmu. Baitul Ma’mur tegak lurus berada di atasmu. Seluruh Nabi dan Rasul shalat di hamparanmu dengan Rasul junjunganmu sebagai imamnya. Engkau menjadi saksi perintah shalat diturunkan sebagai tiang agama umat harapanmu. Engkau pula yang kelak akan menjadi saksi betapa Kalimat ALLAH itu akan menang jua.

Bumi Al Quds selalu menjadi bumi ujian. Dan ia juga menjadi ujian bagi Kaum Muslimin, siapa di antara mereka yang termasuk dalam kelompok yang dijanjikan Rasulullah SAW. Kelompok yang selalu ada hingga akhir zaman untuk memerangi mereka yang berusaha memadamkan Cahaya ALLAH. Wahai muslim, ketimbang engkau sibukkan diri dengan rencana membangun rumah duniamu, kenapa tidak dari sekarang engkau rencanakan dan tetapkan kapan kakimu akan menginjak Bumi Al Quds dan menegakkan Bendera Tauhid itu di sana ?

“Kalau hal itu merupakan harta dunia yang mudah dan perjalanan yang dekat, niscaya mereka mengikutimu. Namun tempat yang dituju itu sangat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan nama ALLAH, “Jikalau kami sanggup, niscaya kami berangkat bersama-sama kamu.” Mereka membinasakan diri sendiri. ALLAH mengetahui sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta. “ (Q.S. At Taubah 42)

“Maka bersabarlah kamu. Sesungguhnya janji ALLAH adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini itu menggelisahkan kamu. “ (Q.S. Ar Ruum 60)

Sumber : Adioecoep.wordpress.com

Terenyuh hati ini ketika melihat saudara-saudara kita di Sumatera Barat menangis merasakan kepedihan dan kesusahan yang tak terkira pasca-gempa dahsyat yang terjadi pada tanggal 1 Oktober 2009 dengan kekuatan 7,6 SR itu telah meluluh lantakkan ribuan tempat tinggal dan gedung, menewaskan lebih dari 700 orang serta melukai ribuan penduduk lainnya.

Kami yang berdomisili jauh di luar negeri dengan sangat jelas menyaksikan kondisi korban-korban gempa bahkan saat-saat kejadian gempa melalui berbagai stasiun televisi timur tengah yang rata-rata meliput musibah yang menimpa salah satu kota dimana di tempat itu telah banyak melahirkan ulama-ulama kelas dunia seperti Syaikh Ahmad Yassin Al Fadani rahimahullah yang menjadi guru hampir sebagian besar ulama-ulama besar saat ini dan juga seorang sufi yang menjadi tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia Buya Hamka rahimahullah.

Kami menyaksikan proses evakuasi mayat yang berlangsung cukup rumit karena medan yang susah, kurangnya peralatan dan hujan lebat yang seakan ingin ikut meramaikan kesedihan masal ini.

Belum lagi kepedihan yang dirasakan oleh korban-korban yang masih hidup. Rumah-rumah mereka telah hancur, tidak punya tempat untuk menginap, tidur beratapkan langit ditambah lagi hujan lebat yang walaupun mereka mendapatkan tempat untuk berteduh di sisi-sisi bangunan yang masih tersisa, tetap tidak akan menghalangi tetesan-tetesan dingin air hujan mengenai tubuh-tubuh lapar mereka.

Perut-perut mereka dalam kelaparan yang luar biasa sebab tidak adanya makanan dan katanya mereka makan hanya dengan kerak nasi. Anak-anak bayi tidak mendapatkan susu. Sementara bantuan makanan terlambat dan tidak merata. Air bersih susah dan sedikit hingga untuk mandi dan buang air pun susah dan tidak ada tempat. Apalagi buat wudhu dan sholat, sudah tidak menentu jadinya. Makanya siapa-siapa korban sebuah bencana yang mampu mempertahankan shalatnya, patut untuk diancungi jenpol.

Tidur-tidur mereka tidak akan pernah tenang dan nyenyak sebab takut akan terjadi gempa susulan Semuanya berada dalam rasa ketakutan dan kegelisahan akan nasib anak, istri, suami, ayah, ibu dan semua sanak saudara serta teman-temannya apakah mereka masih hidup atau ikut terkubur dalam reruntuhan gempa.Yah begitulah memang susah dan repotnya jika kita berada dalam sebuah kondisi bencana alam.

و لنبلونكم بشىء من الخوف والجوع و نقص من الأموال و الأنفس و الثمرات و بشر الصابرين (البقرة: 155)

“Dan sungguh kami akan menguji engkau dengan sesuatu daripada ketakutan, kelaparan, berkurangnya harta, jiwa dan buah-buahan dan gembirakanlah orang-orang yang sabar.”

Sepertinya tidak ada yang menolong para korban itu, seolah-olah tidak ada yang mendengar dan melihat jeritan serta kesusahan mereka. Allah benar-benar menciptakan sebuah kondisi dimana mereka hanya bisa mengeluh, menangis, merengek dan mengadu kepadanya. Seolah-olah Allah ingin mengatakan di depan mereka, “Sekarang tidak ada siapapun di sini yang dapat menolongmu selain Aku yang Maha Kuasa.“

و إن يمسسك الله بضر فلا كاشف له إلا هو… (الأنعام: 17)

“Dan jika Allah menyentuhmu dengan marabahaya maka tidak ada yang dapat menghilangkannya melainkan Dia (Allah)…”

Namun dibalik kerugian fisik ini semua, ada banyak keuntungan batin. Orang-orang arif dan bijak sangat memahami bahwa seharusnya musibah ini tidak perlu disesalkan tetapi sepatutnya disyukuri,

وعسى أن تكرهوا شيئا و هو خير لكم…(البقرة: 216)

“…dan boleh jadi kamu membenci sesuatu sementara ia baik bagimu…”

Di balik tangisan hamba atas kesusahan yang menimpanya, tersimpan keridhoan dan ampunan sebab Allah sangat menyukai tangisan dan rengekan dari makhluk yang dibuat dengan tangan-Nya sendiri yang bernama manusia ini.

إذا اشتكى المؤمن أخلصه الله من ذنوبه كما يخلص الكير خبث الحديد (رواه البخاري)

“Jika seorang mukmin merintih (karena kesusahan dan kesakitan) Allah membersihkannya dari dosa-dosanya sebagaiamana ubupan membersihkan karat-karat besi.”

Mari kita sedikit menggali rahasia di balik musibah ini: 1) Pertama, seharusnya orang yang tertimpa musibah patut berterima kasih kepada Allah sebab tak ubahnya orang yang tertimpa musibah dengan Allah adalah seperti pasien dengan dokter. Dokter mengamputasi salah satu organ tubuh orang yang sakit agar ia memperoleh kesembuhan. Begitu pula Allah, telah mengambil harta dan sebagian sanak keluarga kita karena di situ ada kesembuhan untuk kita dari penyakit yang bernama ghaflah (lalai daripada Allah).

Harta, anak-anak dan keluarga mungkin selama ini memang telah membuat kita lalai dari mengingat Allah. Kita mungkin telah banyak meninggalkan shalat dan dzikir karena sibuk mengejar dunia untuk mengenyangkan perut anak-anak kita dan memuaskan nafsu dunia istri-istri kita. Allah Swt berfirman:

و اعلموا أنما أموالكم و أولادكم فتنة…(الأنفال: 28)

“…dan ketahuilah bahwasanya harta-harta dan anak-anak kamu adalah fitnah…”

Di sini Allah ingin menegur kita dengan berbagai marabahaya itu, bukan ingin menindih kita. Persis seperti ketika anda berjalan bersama wanita kekasih anda dan anda melihat kepada wanita lain selain dia maka dia akan mencubit anda agar anda menoleh kembali kepadanya. Seperti itu pulalah Allah kepada kita agar kita kembali kepadanya.

Coba deh buka Alqur’an, lihatlah ayat-ayat yang menceritakan tentang marabahaya atau bala’ yang menimpa kaum muslimin! Allah membahasakannya dengan “مس“ (menyentuh), bukan semata-mata “عذب” (mengadzab).

و إن يمسسك الله بضر فلا كاشف له إلا هو… (الأنعام: 17)

“Dan jika Allah menyentuhmu dengan marabahaya maka tidak ada yang dapat menghilangkannya melainkan Dia (Allah)…”

و إذا مس الإنسان ضر دعا ربه منيبا إليه… (سورة الزمر:8)

“Dan jika marabahaya menyentuh manusia iapun berdoa dan kembali kepada Tuhannya.”

و إذا مس الإنسان ضر دعانا لجنبه أو قاعدا أو قائما (سورة يونس:12)

“Dan jika marabahaya menyentuh manusia dia berdoa kepada kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri…”

Kembali kepada-Nya, itulah maksud Allah ketika menurunkan musibah kepada hamba-hambanya.

الذين إذا أصابتهم مصيبة قالوا إنا لله و إنا إليه راجعون (البقرة:156)

“Yaitu orang-orang yang jika tertimpa musibah mereka mengatakan sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nyalah kami kembali.”

2) Kedua, bukan hanya mengembalikan perhatian kita kepada-Nya, tetapi juga Allah pasti ingin menghapus dosa-dosa kita dengan bala’ atau musibah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ما من مصيبة يصاب بها المسلم إلا كفر بها عنه حتى الشوكة يشاكها (رواه مسلم)

“Tidaklah daripada musibah yang menimpa seorang muslim melainkan dibersihkan dosa-dosanya dengan musibah itu bahkan sampai sebab duri yang menusuknya sekalipun.”

Apa bedanya adzab yang akan dirasakan seorang hamba di akhirat kelak, atau di dunia, kedua-duanya seorang hamba akan merasakan sakit. Hanya saja Allah sangat suka untuk menyegerakan kaffarat dosa-dosa hambanya kaum muslimin di dunia daripada mereka harus menanggungnya di akhirat dengan rasa sakit yang jauh berlipat ganda.

أمتي هذه أمة مرحومة ليس عليها عذاب في الأخرة إنما عذابها في الدنيا الفتن و الزلزال و القتل و البلايا (رواه أبو داود و أحمد و أبو يعلى)

“Umatku ini adalah umat yang dirahmati, adzabnya bukan di akhirat melainkan adzabnya di dunia berupa fitnah, gempa, pembunuhan dan bala’.”

Lalu bagaimana dengan anak-anak kecil?! Bukankah mereka tidak memiliki dosa?! Mengapa mereka ikut menjadi korban juga?! Jawabnya adalah dengan musibah itu, bukan untuk mengampuni dosa-dosa anak kecil itu, tetapi untuk mengampuni dosa-dosa kedua orang tuanya. Inilah yang ditafsirkan oleh Imam Syafi’i rahimahullah atas ayat ke 155 surat Al Baqarah di atas bahwa الثمرات di atas tafsirnya adalah buah hati yaitu anak-anak. Imam Syafi’i menafsirkan demikian berdasarkan Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إذا مات ولد العبد قال الله للملائكة: أقبضتم ولد عبدي؟ فيقولون نعم. فيقول الله تعالى: أقبضتم ثمرة قلبه؟ فيقولون نعم. فيقول الله تعالى: ماذا قال؟ فيقولون: حمدك و استرجع, فيقول الله: ابنوا لعبدي بيتا في الجنة و سموه بيت الحمد ( البحر المديد في تفسير القرأن لإبن عجيبة ص: 152 ج: 1 )

“Jika mati seorang anak hamba maka Allah berfirman kepada para malaikat: Apakah kalian sudah mengambil nyawa anak hambaku? Malaikat menjawab ya. Allah berfirman lagi (untuk menguatkannya): Apakah kalian sudah mengambil nyawa buah hati hambaku? Malaikat menjawab: ya. Allah berfirman: Apa yang dikatakan hambaku itu? Malaikat menjawab: Ia malah memuji Engkau dan kembali (kepada-Mu). Maka Allah berfirman: Kalian bangunkanlah untuk hambaku itu sebuah rumah di surga dan namakanlah ia dengan rumah al-hamd.”

Lalu bagaimana dengan orang-orang shaleh yang sudah diampuni dosanya?! Mengapa mereka tertimpa musibah juga?! Jawabnya adalah jika seseorang tidak memiliki dosa, maka musibah itu akan mengangkat derajat bagi seorang hamba yang shaleh itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ما يصيب المؤمن من شوكة فما فوقها إلا رفعه الله درجة أو حط عنه بها خطيئة (رواه مسلم)

“Tidaklah menimpa seorang mukmin sesuatu daripada duri dan yang lebih besar daripadanya melainkan Allah mengangkatnya satu derajat atau dihapuskan daripadanya kesalahan.”

Ada pertanyaan lagi jika memang musibah atau adzab itu berfungsi untuk membersihkan dosa-dosa para hamba, lalu kenapa justru musibah itu tidak di turunkan saja di Jakarta, Bandung, Surabaya atau kota-kota lainnya yang lebih hebat kemaksiatannya?! Bukankah mereka lebih perlu untuk diturunkan adzab agar bersih dosa-dosanya?! Jawabnya adalah firman Allah Swt:

فيغفر لمن يشاء و يعذب من يشاء و الله على كل شيء قدير (البقرة:284)

“Dan Allah mengampuni siapa-siapa yang dikehendaki-Nya dan mengadzab siapa-siapa yang dikehendakinya dan Allah meha kuasa atas segala sesuatu.”

Kuasa kita hanya terbatas pada ilmu dan pengetahuan kita yang sempit ini. Apa hak kita mengatur dan mempertanyakan Allah, kenapa bala’ tidak turun di sini saja, kenapa bala’ tidak turun di sana saja?! Sementara Allah maha kuasa dan ikmunya yang tak terbatas itu melingkupi segala sesuatu.lebih tahu daripada kita, mana-mana negeri yang pantas untuk diturunkannya adzab, mana-mana negeri yang pantas untuk diampuninya, dan mana-mana negeri yang pantas untuk dibiarkannya. Bisa jadi kota-kota yang belum diturunkan Allah adzab itu hanya bersifat penundaan saja, mungkin besok, lusa, bulan depan atau bebarapa tahun yang akan datang, giliran kota kita yang akan ditimpakan Allah bencana-bencana ini. Atau bisa jadi penundaan itu karena istidraj dari Allah ke atas kita. Kita di biarkan Allah berbuat semaunya hingga sampai batas waktu yang telah ditentukan, apakah di akhirat ataupun di dunia, Allah langsung mengadzab kita sekuat-kuatnya dengan balasan yang justru jauh berlipat ganda.

Bersyukurlah kaum muslimin yang disegerakan Allah adzabnya di dunia. Sebab akan terhindar dari adzab di akhirat yang lebih keras lagi siksanya. Maka saya menyimpulkan bahwa penduduk Padang dan Aceh lebih dicintai dan diridhoi Allah daripada penduduk kota-kota lainnya, sebab dengan menyegerakan adzabnya, itu berarti Allah telah meringankan balasannya atau bahkan telah mengampuni dosa mereka semua. Subhanallah…Amin…Allahumma amin…

إن عظم الجزاء مع عظم البلاء, و إن الله إذا أحب قوما ابتلاهم, فمن رضي فله الرضا, و من سخط فله السخط (أخرجه الترمذي و ابن ماجة)

“Sesungguhnya besarnya pahala berdasarkan besarnya bala’ (ujian), dan sesungguhnya Allah jika mencintai suatu kaum maka diturunkannya bala’ atas mereka. Siapa yang ridha maka baginya ridha (Allah) dan siapa yang marah maka baginya kemarahan (Allah).”

Pertanyaan terakhir, kalaulah memang mushibah atau adzab itu untuk membersihkan dosa-dosa, kenapa toh ternyata juga diturunkan di negara-negara kafir seperti gempa di Jepang dan Badai Katrina di Amerika Serikat?

Jawabannya adalah karena hakekat musibah itu bukan hanya untuk mengingatkan dan membersihkan dosa-dosa para hamba sebagaimana yang berlaku atas kaum muslimin di atas, tetapi juga untuk menghukum makhluk-makhluk durhaka yang sudah kelewat batas yang tidak bisa diampuni lagi dosa-dosanya. Itulah mereka orang-orang kafir. Sudah melakukan kezaliman kepada Allah dengan menyekutukan-Nya, malah suka melakukan kemaksiatan dan menzhalimi makhluk Allah pula.

و أما من تولى و كفر فيعذبه الله العذاب الأكبر (الغاشية: 24)

“Dan adapun yang berpaling lagi kafir, maka Allah mengadzabnya dengan adzab yang paling besar”

Dan adzab yang paling besar itu dapat dipastikan bukan pembersihan, melainkan itu benar-benar hukuman, sebab apanya lagi yang mau dibersihkan dan diampuni dari orang-orang kafir?!

Tuhannya saja sudah dia zalimi dengan kesyirikannya, apalagi makhluk-makhluk Tuhannya.

إن الله لا يغفر أن يشرك به و يغفر ما دون ذالك…(النساء:48)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa-dosa orang) yang menyekutukannya dan mengampuni (dosa-dosa) yang selain itu…”

Toh kalaupun mereka melakukan amal dan ditimpa ujian, tetap tidak dapat menutupi dan menebus dosa-dosa penyekutuan mereka terhadap Tuhannya. Sebab dosa menyekutukan Tuhan dari seorang makhluk itu sangat besar dan tidak terampuni jika belum bertaubat. Pahala, ampunan dan kebaikan itu terhalangi oleh kesyirikan. Jadi tujuan penurunan bala’ sebagai pembersihan dosa (الكفرات) tidak dapat terealisasi selama mereka masih dalam kekafiran. Maka dapat dipastikan bahwa bala’ yang ditimpakan kepada mereka adalah benar-benar hukuman (العقاب).

Mari kita renungkan beberapa ayat di bawah ini:

إنه من يشرك بالله فقد حرمه الله عليه الجنة و مأواه النار وما للظالمين من أنصار (المائدة:72)

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya adalah di neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun.” (Al-Ma-idah: 72)

و قدمنا إلى ما عملوا من عمل فجعلناه هباء منثورا (الفرقان: 23)

“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan…” (Al-Furqaan: 23)

و الذين كذبوا بأيتنا و لقاء الأخرة حبطت أعمالهم (الأعراف: 147)

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menemui akhirat, sia-sialah perbuatan mereka…” (Al-A’raaf : 147)

Subhanallah…itulah yang terjadi pada kaum Saba’, kaum Sodom, kaum Madyan, kaum Fir’aun, kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam, kaum Nabi Shaleh ‘alaihissalam. dan kaum-kaum para nabi lainnya sebelum kaum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam . Adzab itu benar-benar ditimpakan ke atas mereka dengan makna hukuman yang sebenar-benarnya. Sampai-sampai Alquran telah mencap mereka sebagai kaum yang fasiq, kufur, zhalim dan sebagainya seolah-olah tidak ada ampunan lagi bagi mereka.

Adapun umat Sayyidina Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam ini sangat dirahmati dan disayangi Allah Ta’ala. Adzab-adzab yang ditimpakan kepada mereka tidak sedahsya t adzab-adzab yang ditimpakan kepada umat-umat nabi-nabi terdahulu. Adzab yang diturunkan kepada kaum muslimin umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ini hanya setitik saja. Sampai-sampai Allah membahasakannya dengan sentuhan (المس)

Coba deh kita lihat gempa yang yang menimpa kota Padang, ternyata tidak semua orang Islam tewas di sana, hanya sebahagian kecil saja. Tidak semuanya terluka, hanya beberapa ribu saja. Sungguh menakjubkan. Seolah-olah memang Allah benar-benar ingin menyapa dan menegur kita. Kalaulah Allah benar-benar ingin menghukum dan membalas kita, pastilah kita semua akan dimusnahkan-Nya.

Atau coba deh lihat tsunami di Aceh kemaren, juga tidak semuanya penduduk Aceh ditimpakan bala’ oleh Allah. Dan lihatlah jauh ke belakang dari zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan hingga sekarang. Belum pernah Allah menimpakan adzab yang begitu besar hingga menewaskan lebih dari 50 persen umatnya ini. Sangat berbeda dengan apa yang terjadi para umat-umat para nabi sebelum Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, biasanya hampir 90 persen atau sebahagian besar umat-umat para nabi terdahulu itu dimusnahkan oleh Allah Ta’ala, hingga yang tersisa hanya beberapa persen atau beberapa puluh atau ratus orang saja yang masih dibiarkan hidup.

Sungguh-sungguh Allah memang bukan hendak mengadzab kita dengan adzab yang sebenar-benarnya, tetapi Allah hanya ingin menegur kita. Mungkin sebab karena masih ada jasad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah kita hingga Allah tidak pernah berkenan untuk mengadzab Umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ini.

وما كان الله ليعذبهم و أنت فيهم…(الأنفال:33)

“Dan Allah tidak hendak akan menyiksa mereka (umatmu Wahai Muhammad) sementara engkau berada di tengah-tengah mereka.”

Subhanallah walhamdulillah, kita harus bersyukur telah dijadikan Allah menjadi umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kita harus berterima kasih kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebab berkat keberadaan beliau kita menjadi hamba yang senantiasa amal dan mushibah yang menimpa kita menjadi kaffarat atas dosa-dosa kita.

Saudara-saudaraku yang senantiasa diampuni Allah… Ada sebahagian orang egois yang menafikan hikmah ini semua. Mereka berkata bahwa tidak layak bagi kita untuk mengaitkan bencana alam ini dengan dosa-dosa para penduduknya terlebih dalam suasana duka seperti ini, hanya akan menyinggung perasaan para korban gempa saja, sebab mereka merasa telah disudutkan.

Sungguh kalam ini sangat naïf dan picik. Justru kalau kita tidak mengaitkan peristiwa bencana ini dengan dosa-dosa kita malah akan membuat tujuan Allah menurunkan musibah ini menjadi tidak terealisasi, yaitu mengingatkan para hambanya untuk tidak mengulangi dosa-dosanya lagi dan yang belum melakukannya untuk tidak melakukannya. Para Rasul dan Anbiya’ yang arif dan bijak saja dahulu senantiasa mengingatkan umatnya bahwa bala’ yang menimpa adalah akibat dari kemarahan Allah atas perbuatan dosa dan maksiat.

Begitu pula Alquran tak ketinggalan untuk mengkaitkan antara kehancuran negeri-negeri umat terdahulu dengan perbuatan para penghuninya. Dan sebaliknya mengkait-kaitkan bahwa ketentraman dan kesejahteraan suatu negeri itu adalah karena ketaatan dan ketundukan para penduduknya.

Dengan tidak mengurangi simpati dan empati kepada para korban gempa di Sumatera Barat, di sini bukan maksud saya untuk menjelek-jelekkan mereka. Tetapi ini adalah kesempatan emas bagi kita untuk melakukan muhasabah atas dosa-dosa yang telah kita lakukan. Bagaimana kita bisa bermuhasabah kalau tidak ada dosa-dosa yang kita sadari, dan bagaiamana kita bisa menyadari, kalau tidak ada yang mengingatkan. Nah…izinkanlah saya untuk hanya sekedar mengingatkan Saudara-saudaraku sekalian, baik yang tertimpa musibah maupun yang belum tertimpa musibah di kota-kota lainnya.

Saya hanya ingin mengatakan bahwa memang alam Indonesia sudah tidak lagi bersahabat dengan penduduknya. Berkali-kali sudah alam ini membantai kita, tetapi terus saja Allah menurunkan bala’nya, dan menurunkan lagi dan terus demikian. Tidak tahu hingga sampai kapan berakhirnya bencana-bencana ini. Mungkin ini disebabkan karena tidak ada perubahan dalam diri kita. Mungkin itu akibat kita hanya menganggap bencana-bencana itu hanya fenomena alam biasa yang tidak membawa pesan apa-apa.

Atau memang kita menganggap dan sadar bahwa itu teguran Tuhan, kita menangis menyesali dosa-dosa kita, tetapi air mata yang jatuh dari mata kita hanya berlangsung selama beberapa hari saja. Kesedihan kita hanya bersifat sementara. Setelah itu kita kembali melakukan kemaksiatan, kita kembali memakan riba dan harta haram, kita kembali menzalimi orang, kita kembali berzina, kita kembali tidak melakukan shalat, kita kembali melupakan Allah. Apalah artinya kesedihan ini, jika sifatnya hanya sementara. Jika ia tidak membawa perubahan. Buayapun ketika bersedih, matanya akan mengeluarkan air mata. Apa bedanya kita dengan buaya. Sungguh-sungguh kita telah tertipu dan terbuai dengan kesedihan kita.

Benar sekali kata Ibnu Atha’illah As-Sakandari ulama shufi abad ketujuh Hijriyah yang berkata, ”Sering bersedih karena perbuatan dosa tanpa ada upaya untuk meninggalkannya sungguh kamu tertipu dan terbuai dengan kesedihanmu dan sering bersedih karena tidak melakukakan perbuatan ta’at tanpa ada upaya untuk melakukannya, sungguh lagi-lagi kamu tertipu dan terbuai dengan kesedihanmu.” (Baca Hikam Ibnu Atha’)

Seharusnya bencana tsunami di Aceh kemaren sudah cukup untuk mengingatkan kaum muslimin Indonesia di tempat-tempat lainnya. Bahwa perbuatan dosa akan mendatangkan bala’ dan bencana. Tetapi ternyata tidak demikian, kita pandainya hanya bersimpati dan berempati, menyampaikan bela sungkawa dan mengirimkan rangkaian bunga. Semua itu hanya seremonial belaka. Di belakang itu kita tetap tertawa terbahak-bahak, tetap menikmati harta riba, tetap menikmati tubuh-tubuh molek para wanita, tetap menikmati musik-musik yang diharamkan Allah, tetap menikmati tidur nyenyak kita di waktu-waktu akhir sepertiga malam ketika Tuhan menunggu hamba-Nya memohon ampunan.

Maka jangan heran, pasca-tsunami Aceh kemaren, Allah tetap saja menurunkan bencana terus-menerus di setiap kota di Indoensia. Di mulai dari Nias, Yogya, Porong, Situ Gintung, Tasik Malaya, Mandailing Natal, Jambi dan terakhir Padang serta masih banyak lagi yang belum saya sebutkan seperti musibah-musibah kebakaran hutan, kerusakan alam bawah laut, banjir, kekeringan, kecelakaan dan sebagainya. Sebab kita membeo atas peringatan-perinagatan Allah. Maka jangan terkejut jika suatu saat nanti bencana alam akan menimpa kota atau kampung kita, jika kita terus berdiam diri tanpa ada melakukan usaha perubahan. Wa na’udzubillah.

Terakhir…penulis ingin mengajak para pembaca sekalian untuk merenungi beberapa hadits di bawah ini. Sebelum gempa mendatangi kota-kota kita, alangkah baiknya jika kita mencegah sebabnya terlebih dahulu sebab mencegah itu lebih baik daripada mengobati.

“Bila perzinahan dan riba (penyelewengan) telah terang-terangan dilakukan oleh penduduk suatu negeri maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan bagi diri mereka untuk terkena azab Allah.” (Hadits Riwayat Bukhari)

“Dan menuturkan Ibnu Abi Ad-Dunya dari Anas bin Malik, bahwasanya beliau bertanya kepada A’isyah, Wahai Ummul Mu’minin: Katakan kepada kami tentang gempa, maka A’isyah berkata: Ketika para manusia telah membolehkan zina, meminum khamar dan menabuh alat-alat musik. Maka Allah berkata kepada bumi: Bergoncanglah hingga mereka bertaubat dan meninggalkan (kemaksiatan) mereka. Dan apabila tidak, maka binasakan mereka!”

Kami teringat kalam guru kami, Al Ustadz Al Fadhil Rohimuddin Nawawi Al Bantani ‘athalallahu ‘umrahu, “Seorang hamba yang cerdas adalah hamba yang segera membersihkan dosa-dosanya dengan taubat, bukan menunggu Allah yang akan membersihkan dosa-dosanya dengan mushibat.”

Wallahu a’lam…

Al-faqir ila maghfirati Rabbih

Muhammad Haris F. Lubis Pelajar Universitas Al Azhar Fak. Syariah wal Qanun Kairo Penulis aktif di Darul Hasani Centre for Islamic Tasawuf Studies Cairo Email: haris_lbs@yahoo.com

Sumber : Eramuslim

Laman Berikutnya »